Kamis, 09 Oktober 2008

FAN SHI GAN JI

Cerita klasik sederhana tentang kebijakan dan kesuksesan yang luar biasa.Karya ANDRIE WONGSO.Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja ,memiliki kegemaran berburu.Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya.Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: `Baginda, FAN SHI GAN JI, apa pun yang terjadi patut disyukuri `.mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar.`Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!` Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.Hari terus berganti.Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu.

Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana.Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan terpisah dari rombongan.Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif.Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya dimandikan.Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu.Dan penasehat barulah yang dijadikan persembahan kepada para dewa.Dengan susah payah akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana.Setibanya diistana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.

Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat...` Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.
Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata: `Terima kasih baginda.Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu.Karena jika tidak, mungkin sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif.`

Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.
Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan.
Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan,fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.
Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah.
Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai.
Ada wilayah `X` yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia.

Inilah wilatah Tuhan Yang Maha kuasa dengan segala misterinya.
Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.
Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak lagi mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya.
Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.
Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.
Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.

Penasehat ku, aku berterimakasih kepada mu.Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur.Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat...` Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata: `Terima kasih baginda.Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu.Karena jika tidak, mungkin sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif.

Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur.Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan.Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan,fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah.Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai.Ada wilayah `X` yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia.Inilah wilayah Tuhan Yang Maha kuasa dengan segala misterinya.Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya.Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak lagi mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya.Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan.Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR.

Feng Shui Jl Sudirman - Thamrin


-Oleh Kafi Kurnia

Minggu lalu, saya menemani seorang ahli feng shui dari Hong Kong. Ketika jalan-jalan keliling kota, ia yang kebetulan pula sobat karib Mpu Peniti sempat memperlihatkan muka yang sangat kagum. Namun terkadang juga muka yang sangat murung. Tentu saja saya bingung melihatnya. Kebetulan ketika kami berhenti keliling, sembari minum kopi, mendongenglah sang ahli feng shui itu.

Menurut dia, siapa pun yang mendesain Jalan Sudirman dan Thamrin sangat mengerti ilmu feng shui. Dan ia sangat kagum. Jalan Sudirman dan Thamrin, menurut dia, adalah sebuah naga besar. Kepalanya menghadap selatan. Yaitu arah mata angin yang paling dinamis. Sedangkan ekor menghadap utara.

Kepala sang naga, menurut dia, ada di bundaran Ratu Plaza, juga yang ditandai oleh patung orang mengusung api. Ini pintu api dalam feng shui. Ekor sang naga berada di bundaran air mancur di depan Gedung Bank Indonesia. Dan air mancur ini menandai gerbang air.

Agar sang naga bebas bergerak, sengaja di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin dibuat empat putaran: di Ratu Plaza, Semanggi, di depan Hotel Indonesia, dan putaran di depan Gedung Bank Indonesia. Empat putaran inilah yang menjamin sang naga bisa bergerak sangat dinamis. Sehingga peredaran energi bisa berjalan dengan sempurna, menciptakan sebuah situasi yang harmonis.

Uniknya, sang naga didesain menghadap selatan, dengan memperhatikan situasi lanskap kota Jakarta. Jalan Sudirman dan Thamrin sendiri memiliki lanskap peruntungan yang mirip dengan istana kaisar Cina di Beijing, yang terkenal dengan sebutan The Forbidden City. Yaitu sungai di depan dan gunung di belakang.

Di antara perbatasan Jalan Thamrin dan Sudirman juga dibelah oleh sebuah sungai. Konon, zaman dahulu, di daerah selatan, Kebayoran Baru dan sekitarnya, ada sebuah bukit kecil. Tak mengherankan, hingga sekarang pun masih tersisa Kelurahan Gunung di Kebayoran Baru.

Ekor sang naga konon juga ditandai dua simbol penting. Yaitu simbol harta karun atau kemakmuran. Di satu sisi ada Monas dan di sisi lain ada Bank Indonesia. Entah ini disengaja atau tidak, tapi memang rupanya Jalan Sudirman-Thamrin memiliki energi feng shui sangat positif. Menurut teman Mpu Peniti itu, jarang sekali ada jalan utama bisnis di sebuah kota didesain sangat sensitif menurut kaidah feng shui.

Sayang, menurut sang pakar feng shui itu, energi yang sangat positif ini kemudian dirusak dengan pembangunan yang tumpang tindih. Entah kenapa, dibangun sebuah patung Arjuna dengan sejumlah kuda, pas di ekor sang naga, yaitu di depan Gedung Indosat. Ini energi negatif.

Sebab posisi Arjuna menghadap sang ekor naga dan tampak memanah ke arah ekor itu. Kini ekor naga terpanah sehingga tidak lagi bebas bergerak. Tak mengherankan apabila rupiah tidak mau stabil-stabil. Begitu analisis sang pakar feng shui.

Energi negatif lain, ketika patung Arjuna itu direnovasi belum lama ini, beberapa patung kuda direnovasi dengan gaya transparan. Munculnya "kuda-kuda setan" yang agresif dan berbahaya ini sangat mengganggu keharmonisan energi sang naga.

Hal lain yang juga mengkhawatirkan adalah bangunan- bangunan baru yang didirikan tanpa memperhatikan keserasian lingkungan. Kebanyakan bangunan baru ini semata-mata dibangun dengan keserakahan luar biasa, tanpa memperhatikan gedung-gedung lama yang telah berdiri sehingga perpaduannya menjadi rancu. Pergerakan sang naga pun menjadi terganggu.

Yang bikin saya ketawa, konon busway itu juga energi yang jelek, karena membuat gerakan sang naga menjadi sangat agresif dan liar. Sang naga tak lagi bergerak meliuk-liuk dengan elegan. Akibatnya, bumi menjadi tidak stabil. Tak mengherankan pula apabila malapetaka dan bencana alam terus-menerus melanda Indonesia.

Anda, tentu saja, saya larang keras mempercayai begitu saja analisis pakar feng shui itu. Tapi analisisnya mungkin menyiratkan sebuah pendalaman yang lain. Bahwa kita harus mahir membaca tanda-tanda alam. Peka terhadap lingkungan di sekitar kita.
Jangan pernah membiarkan keserakahan menguasai diri kita.