Kamis, 09 Oktober 2008

Feng Shui Jl Sudirman - Thamrin


-Oleh Kafi Kurnia

Minggu lalu, saya menemani seorang ahli feng shui dari Hong Kong. Ketika jalan-jalan keliling kota, ia yang kebetulan pula sobat karib Mpu Peniti sempat memperlihatkan muka yang sangat kagum. Namun terkadang juga muka yang sangat murung. Tentu saja saya bingung melihatnya. Kebetulan ketika kami berhenti keliling, sembari minum kopi, mendongenglah sang ahli feng shui itu.

Menurut dia, siapa pun yang mendesain Jalan Sudirman dan Thamrin sangat mengerti ilmu feng shui. Dan ia sangat kagum. Jalan Sudirman dan Thamrin, menurut dia, adalah sebuah naga besar. Kepalanya menghadap selatan. Yaitu arah mata angin yang paling dinamis. Sedangkan ekor menghadap utara.

Kepala sang naga, menurut dia, ada di bundaran Ratu Plaza, juga yang ditandai oleh patung orang mengusung api. Ini pintu api dalam feng shui. Ekor sang naga berada di bundaran air mancur di depan Gedung Bank Indonesia. Dan air mancur ini menandai gerbang air.

Agar sang naga bebas bergerak, sengaja di sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin dibuat empat putaran: di Ratu Plaza, Semanggi, di depan Hotel Indonesia, dan putaran di depan Gedung Bank Indonesia. Empat putaran inilah yang menjamin sang naga bisa bergerak sangat dinamis. Sehingga peredaran energi bisa berjalan dengan sempurna, menciptakan sebuah situasi yang harmonis.

Uniknya, sang naga didesain menghadap selatan, dengan memperhatikan situasi lanskap kota Jakarta. Jalan Sudirman dan Thamrin sendiri memiliki lanskap peruntungan yang mirip dengan istana kaisar Cina di Beijing, yang terkenal dengan sebutan The Forbidden City. Yaitu sungai di depan dan gunung di belakang.

Di antara perbatasan Jalan Thamrin dan Sudirman juga dibelah oleh sebuah sungai. Konon, zaman dahulu, di daerah selatan, Kebayoran Baru dan sekitarnya, ada sebuah bukit kecil. Tak mengherankan, hingga sekarang pun masih tersisa Kelurahan Gunung di Kebayoran Baru.

Ekor sang naga konon juga ditandai dua simbol penting. Yaitu simbol harta karun atau kemakmuran. Di satu sisi ada Monas dan di sisi lain ada Bank Indonesia. Entah ini disengaja atau tidak, tapi memang rupanya Jalan Sudirman-Thamrin memiliki energi feng shui sangat positif. Menurut teman Mpu Peniti itu, jarang sekali ada jalan utama bisnis di sebuah kota didesain sangat sensitif menurut kaidah feng shui.

Sayang, menurut sang pakar feng shui itu, energi yang sangat positif ini kemudian dirusak dengan pembangunan yang tumpang tindih. Entah kenapa, dibangun sebuah patung Arjuna dengan sejumlah kuda, pas di ekor sang naga, yaitu di depan Gedung Indosat. Ini energi negatif.

Sebab posisi Arjuna menghadap sang ekor naga dan tampak memanah ke arah ekor itu. Kini ekor naga terpanah sehingga tidak lagi bebas bergerak. Tak mengherankan apabila rupiah tidak mau stabil-stabil. Begitu analisis sang pakar feng shui.

Energi negatif lain, ketika patung Arjuna itu direnovasi belum lama ini, beberapa patung kuda direnovasi dengan gaya transparan. Munculnya "kuda-kuda setan" yang agresif dan berbahaya ini sangat mengganggu keharmonisan energi sang naga.

Hal lain yang juga mengkhawatirkan adalah bangunan- bangunan baru yang didirikan tanpa memperhatikan keserasian lingkungan. Kebanyakan bangunan baru ini semata-mata dibangun dengan keserakahan luar biasa, tanpa memperhatikan gedung-gedung lama yang telah berdiri sehingga perpaduannya menjadi rancu. Pergerakan sang naga pun menjadi terganggu.

Yang bikin saya ketawa, konon busway itu juga energi yang jelek, karena membuat gerakan sang naga menjadi sangat agresif dan liar. Sang naga tak lagi bergerak meliuk-liuk dengan elegan. Akibatnya, bumi menjadi tidak stabil. Tak mengherankan pula apabila malapetaka dan bencana alam terus-menerus melanda Indonesia.

Anda, tentu saja, saya larang keras mempercayai begitu saja analisis pakar feng shui itu. Tapi analisisnya mungkin menyiratkan sebuah pendalaman yang lain. Bahwa kita harus mahir membaca tanda-tanda alam. Peka terhadap lingkungan di sekitar kita.
Jangan pernah membiarkan keserakahan menguasai diri kita.

Tidak ada komentar: